Header Ads

Breaking News

Memanas Demo Copot Wali Kota, Mahasiswa ada Terpijak dan kena Pukul.

Siantar, Majalah Kriptantus.
com-Unjuk rasa Kesatuan Aksi Mahasiswa dan Pemuda Siantar di depan kantor Wali Kota sempat memanas. Saat terjadi saling dorong dengan petugas keamanan yang melakukan pagar betis di depan gerbang, mahasiswa ada yang terpijak dan kena pukul, Senin (3/4/2023).

Karena situasi itu, mahasiswa berteriak agar oknum aparat keamanan yang memukul dan memijak mahasiswa itu segera ditangkap. “Kami tidak mengetahui persis mana orang yang memijak dan memukul mahasiswa. Untuk itu, hadirkan orang itu,” ujar Gading S koordinator aksi.

Sebelumnya, saat aksi dorong-dorongan, ada seorang Polwan di bagian depan yang berhadapan dengan mahasiswa berteriak-teriak. Mengaku ada yang memegang daerah sensitifnya. Menanggapi teriakan itu, mahasiswa langsung mengatakan agar Polwan jangan ditempatkan di bagian depan. Karena, saat aksi dorong-dorongan, tentu saja terjadi kontrak fisik.

 
“Jangan kami dituduh melakukan pelecehan karena mahasiswa hanya ingin masuk ke kantor Wali Kota yang dijaga aparat keamanan. Untuk itu, buka pintu gerbang supaya kami bisa masuk dan menyampaikan aspirasi kepada Wali Kota dr Susanti Dewayani,” ujar Gading melalui pengeras suara.


Karena pintu gerbang tidak juga dibuka dan tidak menjadikan Polwan berada pada bagian depan, mahasiswa akhirnya terus berorasi bahwa aparat keamanan justru melindungan aparat pemerintah seperti Wali Kota yang tidak becus memimpin Kota Siantar.

“Wali Kota, jangan sembunyi, temui kami mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi. Ini merupamkan aksi kedua. Jangan takut menghadapi mahasiswa yang tidak membawa parang dan tidak punya pestol,” ujar Gading.

Saat itu, disuarakan juga bahwa Wali Kota gagal memimpin Kota Siantar karena, gelandangan dan pengemis begitu mudah ditemukan di Kota Siantar. Bahkan, sambil membawa anak mengemis di pinggir jalan.

“Wali Kota gagal melanjutkan pemanfaatan bangunan Balairung Rajawali Parluasan dan Pasar Pagi Melanthon. Alih Fungsi GOR dan PD PAUS yang sampai saat ini tidak berfungsi. mUntuk itu, bubarkan PD PAUS,” ujar Gading.


Meski sudah melakukan orasi secara bergantian supaya diperbolehkan masuk menemui Wali Kota, personel keamanan tetap memperkuat pagar betis. Bahkan, saat personel Polisi mengatakan bahwa yang akan menerima pengunjukrasa adalah asisten III, mahasiswa dengan tegas menolak. “Kami butuh Wali Kota,” teriak massa.

Selanjutnya, mahasiswa melakukan aksi bakar ban. Dikatakan bahwa api yang menyala adalah semangat mahasiswa yang terus berkobar untuk melakukan perlawanan kepada penguasa yang jahat. Kemudian, asam hitam yang membubung ke udara pertanda bahwa Pemko Siantar sedang tidak baik-baik saja.

Saat api semakin berkobar, mahasiswa menyampaikan tuntutan yang terdiri dari 11 point. Di antaranya, APH diminta proaktif mengawasi kebijakan strategis Pemko yang menggunakan anggaran negara.

Mendesak Kejari dan Kapolres segera memanggil/memeriksa terlapor Wali Kota dan kawan-kawan dalam dugaan pemalsuan dokumen negara. Terakhir, DPRD diminta segera menjelaskan ke publik terkait usaha pengajuan pemakzulan yang menggunakan anggaran negara.

Seiring dengan api yang semakin padam, pengunjukrasa berkemas-kemas membersihkan abu-abu bekas pembakaran ban. Kemudian, membubarkan diri dengan tertib. Namun berjanji akan datang lagi dalam jumlah massa yang lebih besar untuk tetap melakukan pengawasan terhadap kinrja Wali Kota. 

-ET

Tidak ada komentar